Karena Kita Tidak Sama Dengan Onta

“Masmuka?”

“Ismi Hasan. Wa anta masmuka?”

“Ismi Bakr”

“Maa jinsiyatuka?”

“Anaa bakistaniyun”

“Maa mihnatuka?”

“Anaa mudarrisun”

“Wa ma mihnatu Isma’il?”

“Isma’ilu thobiibun”

Akhirnya tercapai juga cita-cita saya belajar bahasa Arab. Dulu pernah sih, waktu masih kecil, masih SMP, terus berhenti. Sebenernya berencana untuk ikutan kelas di ILC Salam entah dari berapa semester yang lalu, tapi baru semester ini akhirnya disempatkan.

Aneh memang, ikutan di semester akhir begini, saat anak-anak di kelas lagi gila-gilanya sama tugas-tugas kuliah. Teman sebimbingan saya sempat berujar “lo aneh deh prioritasnya” waktu saya menolak diajak konsultasi dengan dosen. Tapi begitulah saya, kalau sama ilmu, maksain betul, sampai seseorang (saya lupa siapa) pernah bilang “jangan serakah”, karena saya mau bisa ini bisa itu, ikut ini ikut itu. Karena bahasa arab adalah salah satu hal yang ingin saya bisa selain bahasa korea, mandarin, merakit/teknik komputer, benerin motor sendiri, dan masiih banyak lagi. Waktu saya bilang mau kuliah S1 lagi aja smile kaget, dan bilang “selesain yang sekarang dulu pe”, ya iyalah.

Lebih aneh lagi karena saat ini kemampuan bahasa inggris saya buruk sekali, only can little-little, cuma bisa dikit-dikit kalo orang betawi bilang, hehe. Tapi, bahasa arab gitu loh..sampe di alam kubur juga masih kepake . Seorang teman di kelas yang melihat kertas pelajaran bahasa arab saya di pertemuan kemarin bertanya “kenapa Ludi mau belajar bahasa Arab?”. Ho..jawaban saya adalah…

Pertama. Mempelajari bahasa Arab adalah kunci dari mempelajari agama Islam. Belomlah membuka pintunya, apalaginya pintunya sendiri, tapi ini kuncinya. Karena bahasa Qur’an dan hadis adalah bahasa Arab, sebagaimana dalam Qur’an “Sesungguhnya Kami telah jadikan Al-Quran dalam bahasa Arab supaya kalian memikirkannya.”(Yusuf : 2). Jadi, kalau mau mempelajari Qur’an dan hadis yang merupakan pedoman hidup kita, pelajari juga bahasa Arab.

Kedua. Sudah dari dulu saya mewajibkan diri untuk menguasai bahasa Arab, suatu hari nanti. Seperti halnya dalam kaidah fiqh “Apa yang tidak sempurna suatu kewajiban kecuali dengannya maka ia hukumnya juga wajib.”  Buat saya, belajar bahasa Arab adalah sebuah keniscayaan, sekarang atau nanti. Kalau beberapa bulan terakhir teman-teman di kelas melihat saya menenteng-nenteng buku belajar bahasa Korea, maka, buat saya bahasa Korea adalah ilmu tambahan yang baru saya inginkan akhir-akhir ini, sedang bahasa Arab adalah ilmu utama yang keinginannya sudah menempati ruang hati saya entah sudah berapa tahun lalu.

Ketiga. Saya ngiri, sama orang-orang yang bisa bahasa Arab, bisa jawab-jawaban komen di MP pake bahasa Arab. La kalo saya? bahasa Indonesiapun masih belepotan, kelebihan lainpun tak ada (atau mungkin sedikit). Lagipula belajar bahasa ngga akan ada ruginya. ALLAH akan meninggikan orang yang berilmu beberapa derajat, jadi, kenapa tidak menambah ilmu lagi?

Keempat. Karena menghapal Qur’an akan lebih mudah kalau kita bisa bahasa Arab (tentu dengan tambahan variabel lainnya), dan menjadi seseorang yang hapal Qur’anpun punya banyak fadilah tersendiri.

Kelima. Biar ada bedanya sama onta. Onta ngga bisa bahasa arab, masa kita juga? terus apa bedanya dong kita sama onta? hehe.

Lantas, pertanyaan baru lagi, kenapa sekarang? disaat 90% teman-teman di kelas sudah selesai proposal risetnya dan saya sendiri belom? Di saat masih banyak kesibukan lain yang juga menyita waktu? Karena kesibukan ngga akan ada habisnya, pada akhirnya kita cuma bisa menunda dan menunda, nanti aja setelah lulus, nanti aja abis profesi, nanti aja kalau kerjanya sudah mapan, nanti aja kalau anak-anak sudah pada besar, nanti aja… Terlalu banyak penundaan dalam hidup saya dan untuk hal ini saya tidak ingin menundanya lagi.

“Sesungguhnya ketika Alloh menurunkan kitab-Nya dan menjadikan Rosul-Nya sebagai penyampai risalah (al-Kitab) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta menjadikan generasi awal agama ini berkomunikasi dengan bahasa Arab, maka tidak ada jalan lain dalam memahami dan mengetahui ajaran Islam kecuali dengan bahasa Arab. Oleh karena itu memahami bahasa Arab merupakan bagian dari agama. Keterbiasaan berkomunikasi dengan bahasa Arab mempermudah kaum muslimin memahami agama Alloh dan menegakkan syiar-syiar agama ini, serta memudahkan dalam mencontoh generasi awal dari kaum Muhajirin dan Anshor dalam keseluruhan perkara mereka.” (Iqtidho Shirotil Mustaqim: 162)

43 thoughts on “Karena Kita Tidak Sama Dengan Onta

  1. pendaftaran apa niiiih? buat jadi suami? udah ditutup tuh..wakakakamasih bisa di (eh ini didi bukan si? headshotnya ganti, aku jadi lupa), tapi udah 3x pertemuan, ikut aja di, ada akunya lho..heheh

  2. sungguh, hanya sedikit yang kau ketahui tentangku k'iman termasuk kemampuan interaksi dengan onta, makanya jangan suka bilang aku kocak lagi, karena penilaian itupun sungguh salah

  3. Aaa..Ludii..imutnyaa..*ontanya maksudnya*jd pengen belajar bhs arab lagi berikut nahwu shorofnya.. Udah bodoh euy..btw, untuk suatu alasan tak jelas, waktu belajar bhs Arab dulu kata "mudarrisun" sangat mempesona bagiku..Wkwkwk..

  4. Aaa..Ludii..imutnyaa..*ontanya maksudnya*jd pengen belajar bhs arab lagi berikut nahwu shorofnya.. Udah bodoh euy..btw, untuk suatu alasan tak jelas, waktu belajar bhs Arab dulu kata "mudarrisun" sangat mempesona bagiku..Wkwkwk..

  5. anak aneh..onta kok imut? menggemaskan tau! heheheiya nih, terakhir belajar bahasa arab jadul banget, jaman masih "lucu" dulu, waktu masih seneng sama laki, hahahahaentah kenapa ada 1 lagu aneh yang melekat di kepalaku tentang mudarris, bunyinya gini "ana mudarris, afwan jiddan" hehehe aneh ya? kenapa harus minta maaf jadi mudarris? eh ini lagu nyata lo, bukan khayalanku..

  6. Sy pikir ludi yang belom sadar dengan potensi diri ludi. Makanya diatas, saya tekankan image yang saya punya berdasarkan pengamatan saya..Kalau gk percaya, tanya aja dokter diny..Percayalah.. Sy 5,5 thn di psikologi loh..Hwahaha..

  7. justru itu, karena k'iman buat S1 aja butuh 5,5 tahun padahal yang lain 4 tahun cukup, aku jadi ga percaya dengan kompetensimu sebagai seorang sarjana psikologi, huehehe *jahatnya keluar**kekeuh ga mau dibilang kocak*

  8. Wee?Jadi sekarang Ludi senengnya sama pere..?Haihh..Umm, lagu opo kuwi, Lud?Mungkin lanjutannya begini "Ana mudarris, afwan jiddan, ana laisa thobiibun.. Huwa thobiibun.. Fa lau anta mariidlun, tadzhabu ilaihi"*nah ini baru ngarang namanya.. Lagu apaan tuh kaya gituh?*

  9. K'iman ngapain bawa2 namaku?Aq disuruh buktiin potensi Ludi yang mana nih?Kocak, preman, apa pawang onta?*kabur naik onta sambil nyanyi lagu "ana mudarris" karangan sndiri*

  10. ehem…kangen banget nih sama 1 pere, ngga muncul-muncul lagi dia..et dah, jago ngarang juga din, eh btw orang jawa, tau lagu gini ga "Dek cilik aku mimpi jumeneng rojo, bendino plesir-plesir numpak kereto.." hehehehe

  11. sip.sip..ga cuma kamu kok di, yang ngefans sama aku, hehelangsung aja Di, dateng senin besok, jam 4 selasar selatan, nanti aku yang ngomong ke anak ILCnya, atau kirim PM ke aku Di, nanti aku kasi CPnya..okeh…okeh..

  12. lah, jangan suudzhon neng, maksudku k'iman ngajak honeymoon bareng, dirimu sama pasanganmu, k'iman juga sama pasangannya, kalian kan kayanya udah kepengen banget tuhsemacam honey moon rakyat jelata gitu loh *Tao Ming Se mode ON*

Leave a reply to Iman Septian Cancel reply